Lanjutan Jejak Rindu di Antara Dua Kota
Pertemuan antara Arga dan Lila menumbuhkan perasaan lama, bagaimana selanjutnya?

Pertemuan Arga dan Lila di Bandung meninggalkan jejak yang lebih dalam dari yang mereka perkirakan. Setelah malam peluncuran buku itu, mereka mengobrol lama di sebuah kafe kecil, mengenang masa sekolah, tertawa atas kenakalan remaja, dan membiarkan keheningan sesekali datang tanpa canggung.
Namun, saat Lila bertanya, "Kamu sendiri gimana, Ga? Ada yang nemenin?"—Arga terdiam sesaat, lalu mengangguk.
"Ada. Namanya Dinda. Kami ketemu di kampus… dia baik, dewasa, sabar banget."
Lila tersenyum, tapi ada gurat tipis di wajahnya yang tak bisa disembunyikan. "Senang dengarnya," katanya, meski hatinya seperti diremas.
Arga tahu, kalimat itu bukan sekadar basa-basi. Ia juga tahu bahwa sejak bertemu kembali dengan Lila, perasaannya kembali goyah. Ada ruang dalam hatinya yang tak pernah benar-benar tertutup untuk gadis itu.
Di hari-hari berikutnya, Lila mencoba mengubur perasaan lama. Tapi yang terkubur justru rindu yang makin tumbuh. Ia tahu tak seharusnya berharap dari seseorang yang sudah dimiliki orang lain. Namun cinta, seperti halnya musim, tak bisa dikendalikan hanya dengan logika.
Sementara itu, Arga gelisah. Ia menyayangi Dinda. Wanita itu telah menemaninya saat jatuh, mendukung mimpinya, dan mengerti dirinya lebih dari siapa pun. Tapi ia tak bisa membohongi hatinya bahwa cintanya pada Lila belum selesai.
Di satu akhir pekan, Arga memutuskan bicara jujur pada Dinda.
"Aku nggak selingkuh, Din. Tapi aku juga nggak bisa bohong. Aku ketemu Lila. Dan… perasaanku ke dia ternyata belum mati."
Dinda hanya menatapnya lama. Matanya berkaca-kaca, tapi ia tak marah. "Terima kasih sudah jujur, Ga. Aku tahu kamu selalu berusaha jadi baik. Tapi cinta nggak bisa dipaksa… dan aku cukup mencintaimu untuk membiarkanmu pergi kalau memang itu yang terbaik."
Keputusan itu bukan hal yang mudah. Arga merasa bersalah, sedih, dan kehilangan. Tapi juga lega. Ia akhirnya menghadapi apa yang selama ini dia hindari—pilihan antara nyaman dan rasa yang paling dalam.
Beberapa bulan setelah itu, di sebuah sore di Taman Sari, Jogja, Lila datang berkunjung. Mereka duduk berdampingan, melihat matahari turun perlahan di balik pepohonan.
"Aku nggak tahu apa yang akan terjadi besok," kata Arga, menggenggam tangan Lila. "Tapi hari ini, aku ingin mulai lagi… dengan kamu."
Lila menatapnya, lalu tersenyum. "Kita memang terpisah waktu itu. Tapi mungkin, sekarang waktunya kita dipertemukan kembali."
Dan di antara debur rindu yang lama terpendam dan luka yang perlahan sembuh, cinta itu akhirnya menemukan jalannya pulang.
What's Your Reaction?






