CERPEN: Jejak Rindu Dua Kota Antara Arga dan Lila

Kisah bertemunya anatara Arga dan Lila dan tumbuh benih-benih cinta saat SMA

Sabtu, 24 Mei 2025 - 12:39 WIB
CERPEN: Jejak Rindu Dua Kota Antara Arga dan Lila
Ilustrasi kisah cinta Arga dan Lila

Di sebuah kota kecil di kaki gunung, Arga dan Lila pertama kali bertemu. Mereka duduk di bangku SMA yang sama, satu kelas, satu barisan. Arga, anak laki-laki yang pendiam dan suka membaca, sering kali duduk di pojok kelas, sementara Lila, ceria dan pandai bergaul, entah bagaimana selalu tertarik duduk di dekatnya.

Awalnya hanya sebatas pinjam pulpen, lalu menjadi diskusi soal tugas matematika, hingga akhirnya saling berbagi cerita sebelum jam pelajaran dimulai. Hari-hari berlalu, dan kebersamaan mereka tumbuh tanpa mereka sadari. Di balik tawa dan gurauan remaja, ada benih cinta yang pelan-pelan tumbuh, meski tak pernah benar-benar diucapkan.

Di akhir masa sekolah, di malam perpisahan yang penuh lampu-lampu gantung dan lagu kenangan, Arga memberanikan diri menggenggam tangan Lila. Hanya sebentar, tapi cukup untuk memberi tahu bahwa hatinya tak lagi bisa menyembunyikan rasa.

"Aku suka kamu, La," ucap Arga, pelan.

Lila tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Aku juga, Ga. Tapi… aku diterima di Bandung."

Arga mengangguk. Ia tahu kabar itu. Ia sendiri akan kuliah di Jogja. Jarak itu bukan masalah, tapi waktu, kesibukan, dan realita seringkali punya cara sendiri memisahkan hati yang saling mencinta.

Mereka berjanji akan tetap saling mengabari. Dan memang, selama beberapa bulan awal kuliah, pesan-pesan panjang dan panggilan malam menjadi jembatan rindu. Tapi perlahan, dunia masing-masing mulai menuntut lebih banyak perhatian. Tugas, teman baru, organisasi, semua menyita waktu dan energi. Pesan jadi lebih singkat, panggilan makin jarang, hingga akhirnya… hening.

Tahun-tahun berlalu. Arga lulus dan bekerja di Jogja, menjadi penulis lepas. Lila menjadi arsitek muda di Bandung. Hidup membawa mereka pada jalan masing-masing, tapi dalam setiap jejak langkah, ada satu kenangan yang tak pernah pudar—tentang cinta pertama yang tumbuh di bangku sekolah, dan rindu yang tinggal di antara dua kota.

Suatu hari, Arga datang ke Bandung untuk acara peluncuran bukunya. Di antara hadirin yang datang, matanya menangkap sosok yang tak asing. Lila, berdiri di pojok ruangan, dengan senyum yang sama seperti dulu.

"Sudah lama ya," kata Lila, setelah acara usai.

"Iya," jawab Arga, menatap mata yang pernah menjadi semestanya. "Tapi rasanya seperti kemarin."

Mereka tidak tahu apakah pertemuan itu adalah awal dari babak baru, atau sekadar penutup dari kisah lama. Tapi satu hal yang pasti, cinta yang pernah tumbuh di masa sekolah itu tak pernah benar-benar hilang, ia hanya menunggu waktu untuk bertemu kembali.

BERSAMBUNG DISINI

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0